Sunday, June 1, 2014

Tujuh Hari Kemudian

Tujuh hari berlalu bagai sepersekian detik. Aku dan dunia telah tiba di penghujung bulan Mei. Kesibukan menenggelamkanku dalam kenyataan bahwa hidup adalah proses kerja keras. 

Kakiku berdenyut protes. Kuhabiskan sepotong besar kebab & sebotol teh pucuk harum dengan lahap. 

"Mw nonton apa, Ce?" tanya Bunga, gadis yang duduk disampingku.
"Apa aja yang bagus," jawabku.
"Ini ada 'Emergency Love'. Cewenya yang main di running man. Kakak gw udah download, tapi kayaknya ada di hard disk laki gw."
"Ceritanya?" tanyaku penasaran.
"Jadi ada sepasang suami istri nikah muda, trus cerai. Trus sekarang ketemu lagi pas mereka lagi sama-sama jadi co-ass gitu. Mereka masing-masing udah deket ama orang lain, tapi pas ketemu lagi, jadi kayak CLBK gitu." jelasnya.
"Houuu.. Okeh.."
"Elo mah enak ya, tinggal dikasih nonton film Korea pasti anteng," komentarnya.
"Hahaha, kan gw udah jarang bisa nonton Korea, apalagi kalo nonton di rumah lo kan kaga pake iklan, gratis lagi, hehehe..."

Satu jam kemudian, aku telah berbaring di sisi sahabat baikku yang kini asyik bermain dengan Samsung notenya.

"So, what happened?" tanyanya.
"Biasa. Lagi males aja. Orang rumah lagi pada kumat."
"Kenapa lagi emang?" 
"Akhir-akhir ini kan gw pergi pagi pulang malem, jarang banget di rumah. Trus tau-tau anak gw BBM, dia bilang kalo mantan mertua gw yang cowok nyuruh gw cuci piring sendiri kalo habis makan soalnya disana gak ada pembantu," terangku, "Lah gw minum aja dari botol sendiri en lucunya, gw udah semingguan kaga pernah makan disana sama sekali."
"Oh.."
"Ya, gw udah biasa sich jadi sasaran 'kumat'nya mereka.. Belum lama ini gw dibilang nyuci sendal pake sabun batang, padahal nyentuh juga kaga gw.. Cuma ya gw juga lagi capek aja.. And just because I keep silent, doesn't mean I don't get hurt.."
Ia tak berkomentar untuk sesaat.
"Trus lo udah tidur di kontrakan lo yang baru" tanyanya lagi.
"Belum. Pengen sich sekalian beres-beres. Barang-barang gw masih di dalem kardus semua.. Tapi ya gitu.. belum mood, hehehe..."
"Ce, kalo nunggu elo mood mah kapan lo moodnya.. "candanya. Ia tahu betul bahwa urusan beres-beres sama sekali diluar kebiasaan dan keahlianku.
"Hahaha... Nah itu lo tau," balasku.
"And how is he? Any progress?
"Honestly, I don't know.. Last Sunday his dad passed away."
"Kok bisa?"
"Hmm, sakitnya udah lama sich.." jawabku.
"Lo kesana?"
"Ia."
Aku menghembuskan nafas panjang sebelum melanjutkan ceritaku.
"Yang gw denger sich, 3 hari sebelum meninggal, bokapnya sempet masuk ICU. Waktu itu dia sms gw, nanyain uangnya yang pernah gw pinjem. Gw udah feeling kalo pasti ada something. Soalnya dia bukan tipe yang nagih kalo gak urgent. Ya untungnya ada temen gw yang bisa talangin dulu.. And somehow gw masih ngerasa bersalah. Saat gw susah, dia bisa nawarin bantuan ke gw padahal gw gag minta. Giliran dia lagi susah, ternyata gw gag bisa ngelakuin apa-apa buat dia. You know what? Having faith in trying seems nothing compare with experiencing how useless am I is. Dan gw sadar bahwa sampai kapanpun, dengan keadaan gw yang bahkan masih berjuang buat benahin hidup gw sendiri, gw gak akan pernah jadi seseorang yang layak buat dia. He deserves someone better."
Aku tak tahu berapa kali aku telah mengatakannya atau meyakinkan diriku sendiri bahwa 'He deserves better.' Aku pernah menyerah ketika aku tahu ia tak memilihku. Dan tanpa ragu, kuenyahkan kembali semua logikaku ketika ia tak lagi bersamanya. Sekali lagi, aku tenggelam dalam harapan tak berdasar, cinta tak terbalas.
"Lo mau nyerah?"
"I don't know. Gw bingung. Kalo lo tanya gw, apa gw masih mau nunggu, gw pasti jawab 'iya'. Tapi mungkin gw gak akan sms dia lagi."
"Lo fokus kerja dulu aja," sarannya.
"Ia sich.. gw juga pengen banget sharing kerjaan ama dia sebenernya, tapi kalo dipikir-pikir lagi, hidup gw thu bener-bener udah nyusahin banyak orang, lagian bales sms gw aja kaga, apalagi mw dicurhatin ama gw? wkwkwk..."
Temanku tak berkomentar apa-apa. Kami berdua mungkin sama bodohnya tentang cinta. Sama-sama mencintai pria yang berbeda keyakinan dengan kami. 

Kami pun meringkuk di balik selimut masing-masing. Suara Jason Chen dengan lagunya 'How to Love' terngiang di telingaku.
You had a lot of moments that didn’t last forever
Now you off in the corner tryna put it together
How to love
How to love
For a second you was here
Why you over there?
Its hard not to stare, the way you moving your body
Like you never had a love
Never had a love
When you was just a young’un you’re looks was so precious
now your grown up
So fly its like a blessing but you can’t have a man look at you for 5 seconds
Without you being insecure
You never credit yourself so when you got older
It’s seems like you came back 10 times over
Now you’re sitting here in this damn corner
Looking through all your thoughts and looking over your shoulder
Malam berlalu dalam kebisuan. Aku merindukannya. Kulantunkan sebait syukur akan nafas yang masih kuhembuskan.
Udara dingin membelai kulitku dengan lembut hingga aku kembali tenggelam dalam mimpi. Kali ini, ia muncul lagi, memanggilku sangat nyata hingga aku tersadar bahwa lagi-lagi aku bermimpi.. 


No comments:

Post a Comment