Aku masih berpijak di tempat yang sama. Untaian puisiku masih tentangnya. Meratapi kebodohan karena mencintainya, bahagia karena ia belum lupa.
Keangkuhanku hancur. Tenggelam bersama senyumnya yang tak pernah pudar. Dan aku terjatuh lebih dalam ke duniaku yang masih mengharapkan keberadaannya.
Ia masih ada untukku saat ini. Sementara itu lebih berarti.
Perlahan dengan kesadaran, aku memelihara luka ini. Rasa sakit karena mengerti, rasa rindu yang tak layak kusendui.
Hatinya bukan untukku lagi. Dengan mudah ia datang dan pergi.
Dan aku masih menanti. Mengutuk kisahnya yang tanpa aku. Menunggu ia berlari kembali ke sisiku.
No comments:
Post a Comment