Menurut pendapat gw yang baru idup selama 27 tahun lebih dikit, ada banyak hal yang bisa kita perbaiki alih-alih kita ganti.
Gak cuma soal barang-barang yang rusak yang masih bisa kita gunakan jika diperbaiki, tapi juga soal hubungan antar manusia.
Untuk orang-orang yang berpikiran simple dan pastinya gak mau repot, biasanya mereka lebih memilih untuk mengganti daripada susah-susah n repot memperbaiki.
Gw pribadi bisa dibilang termasuk kategori yang lebih memilih untuk mengganti, terutama mengenai hubungan antarmanusia; baik soal karir, jodoh ataupun pertemanan.
Gw tipe yang flexible; gw bisa idup dimana aja, bergaul dengan siapa aja, dan gw menerima semua orang dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Saking flexiblenya, gw memilih menjauh dan 'mengganti' orang-orang yang udah lumayan deket ama gw ketika gw tau bahwa bukan suatu hal yang mudah untuk memperbaiki sebuah hubungan.
Temen-temen kampus gw udah gak heran ketika gw berhenti kerja setahun, 6 bulan, bahkan 3 bulan sekali. Hari ini pun gw mengakui dengan jujur ketidakmampuan gw membina hubungan baik dengan bawahan gw hingga gw mw ngundurin diri sebagai manager.
Ketika gw menerapkan any leadership things that taught by Mr.Jo, I realized that it takes time and in this case, I have limited time. Gw pun memilih mengganti pekerjaan gw tanpa berusaha memperbaiki hubungan gw dengan salah satu karyawan yang emang amat sangat nyebelin banget.
Selain karir, hampir setiap setengah tahun sekali, gw bisa ganti temen deket. Dan itu juga gak lama. Alesannya? Karena keegoisan gw, kekeraskepalaan gw, kesombongan gw, gengsi gw, dan kemampuan alami gw untuk ngeluarin kata-kata yang menyakitkan ampe mereka shock ketika gw akhirnya ngelakuin something or said something hurt.
Gw lebih memilih mengganti temen deket gw ketika gw sadar bahwa they'd be just fine without me. They won't loose anything. Dan itulah kenyataannya.
Seorang temen gw yang polos (he's lovely) bahkan belum lama komen dengan entengnya 'Gw kasian ama u, Grace. U keliatan banget gak punya temen deket. U cuma dimanfaatkan doank, terus kalo udah gak perlu, u gak bakal diinget.' And It's true. Menggantikan 'gw' itu gampang.
Jika teman itu didefinisikan sebagai orang yang terima u apa adanya, ada dikala susah n sedih, gak nge-judge u tanpa konfirmasi, terbuka soal hal yang paling rahasia sekalipun, n ngomelin u saat u salah.. maka mungkin teman gw adalah sahabat-sahabat SMP n SMK gw yang udah kenal gw bertahun-tahun dan meski sibuk dengan urusan keluarga masing-masing; mereka masih peduli ama gw (bisa diitung pake jari).
Dan mungkin, gw sendiri bukan seorang teman yang baik. Dengan masa lalu n kesibukan gw sekarang sebagai seorang single parent yang kerja sambil kuliah, gw gak bisa jadi teman yang cukup baik. Gw meluangkan waktu dan perhatian gw pada prioritas hidup gw, anak n keluarga gw. Gw hampir gak pernah bbm atau sms temen gw kalo gw gak ada perlu, gw gak bisa ngasih '5 languages of love' pada mereka yang pernah ada bwt gw. Dan gw benci di-judge. Gw gak suka saat ada yang bilang, 'Lo kan yang lebih tua, harusnya lo lebih dewasa!' or 'Lo kan ketuanya, masa lo gitu?!' Gw mencoba jadi gw yang manusiawi. Gw mengekspresikan emosi gw dengan jujur. Gw bisa marah, nangis, dan sakit hati.
And they give up on me. They replace me. So do I give up on them. I replace them. Time never heal. Sorry doesn't real.
Dan haruskah gw percaya bahwa jodoh itu di tangan Tuhan ketika dengan gampangnya mantan-mantan gw 'mengganti' gw saat gw ingin 'memperbaiki'?
Dan haruskah gw terus menyalahkan kebodohan gw yang gak pernah bisa dewasa n sempurna untuk diperbaiki?
Dan haruskah gw berharap bahwa suatu saat akan ada orang yang mau memperbaiki gw alih alih mengganti gw?
Can I fix something already broken as a heart?
Dalam segala hal, baik karir, persahabatan dan jodoh, gw pun pengen 'diperbaiki'. Dan gw sadar gw gak mungkin ngejalanin ini semua sendirian.
Gw bosan dimanfaatkan. Gw gak suka kesepian. Gw ingin jadi seseorang yang tak tergantikan.
Gw mau ketika 'cinta' menghilang, masih ada kekeluargaan, empati, dan komunikasi yang tertinggal. I wish I could have someone in my old days that say, "Life would be fine as long as we have the 'WE'."
Am I just too selfish and too naive for hoping that someday you'll understand me?
No comments:
Post a Comment